Sabtu, 30 April 2016

ANIMAL FARM


Kang Wira asyik melihat tayangan di TV ada singa yang mengejar jebra di Krueger, sebuah taman  nasional di kegersangan tanah Afrika. Barisan buaya lapar menghadang wild the beast, kaya banteng tapi lebih kecil, berbaris menyebrang sungai krueger pada karnaval tahunannya dalam rangka mencari rumput hijau di sebrang sungai. Hidupnya telah dipertaruhkan untuk mencari makan.

Kang Wira suka melihat pertarungan hidup dan mati antara jerapah dan sekumpulan singa atau wild the beast. Bagaimana wild the beast atau jerapah mempertahankan hidupnya atau anaknya dari serangan systematis . Itulah keseimbangan hidup, kejam memang tapi keseimbangan kehidupan mesti ditegakan.

Ada memang pengecualian yang bersifat insidental, anjing yang bersahabat dengan kelinci atau  kucing hidup bersama burung. Alangkah indahnya pemangsa dan yang dimangsa bermain bersama. Hidup memang indah bila tanpa kekerasa dan kekejaman. Namun siapa yang memberi makan pemangsa bila singa tak makan daging, bila burung tak boleh dimakan kucing atau anjing tak boleh makan kelinci. Bagaimana dengan populasi kelinci bila tak ada pemangsa. Itulah keseimbangan , itulah mata rantai makanan. Siapa makan apa, dimakan siapa.

Pantas saja Machiavelli pernah berkata, manusia itu srigala atau kambing. Kalau dia srigala pasti akan makan kambing, kalau dia kambing pasti akan dimakan srigala. Tapi apa iya? Manusia yang manakah srigala dan manusia manakah yang kaya kambing? Maukah kita disamakan dengan srigala atau anda mau disamakan dengan kambing?

Kita memang bukan srigala atau kambing. Kita adalah manusia mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan hewan. Buktinya kita akan marah besar kalau kita dikatai monyet! Karena kita adalah manusia.

“Kang, apa lagi yang paling menarik dari dunia binatang?” kata teman di dekatnya.
“hewan kawin” ujarnya asal ceplos.
“iiih, Kang Wira parno” kata temen Kang Wira sambil ketawa.
 “Akang horny ya kalau ngliat binatang kawin?”
“Ah masa sih sampe segitunya? “nggak ya lah”kata Kang Wira dengan tersenyum sambil cepat menukas.

“Sadar atau tidak banyak yang sudah di tiru manusia dari binatang, sampe cara kawin pun ditiru, sambil cengangas cengenges Kang Wira menerangkan. “ Ente tau lah apa yang ane maksud.” Kang Wira menjelaskkan.

“Itulah kenapa orang pada suka sama binatang dan memelihara binatang. Dari bahasa sampai tingkah laku manusia menirunya. Tapi nggak ada binatang yang meniru manusia.”kalaupun ada karena dilatih oleh manusia.

“Kata siapa kang, ada binatang yang bisa meniru tingkah laku manusia.”

“Iya tapi itu kan peniruan yang bersifat insidental hanya satu kondisi tertentu saja misalnya kera bisa mencuci piring atau baju, itu karena sering melihat gerakan itu ketika bertemu manusia yang kebetulan orang tersebut lagi mencuci. Tapi ketika monyet teraebut di beri piring kotor atau pakaian kotor gak akan dicuci sebersih manusia, kalau udah bosen dibuang deh piringnya.

“Kalau begitu manusia sama dong seperti binatang, ya kang” kata temen Kang Wira sambil beringsut mendekati. Obralan tentang binatang ini semakin menarik baginya. Tumben Kang Wira sepinter ini pikirnya.
“Nggak juga”
Ada nggak sih kang yang  aktifitas manusia yang tidak meniru dari binatang. Perasaan saya hampir 90% kehidupan manusia itu pada dasarnya meniru kehidupan binatang. Makan, minum, hiburan, tempat tinggal bahkan bersaing memperebutkan sesuatu atau lawan jenis dan membunuh adalah dasar kehidupan binatang.

"Tumben pinter. Biasanya ..."
"Ah akang, jangan beitu dong kang  tersinggung nih."
"Nah itu contoh yang tidak dilakukan oleh binatang tapi hanya manusia. Menghina teman."
“Trus yang lain kang ?“
“Ya LGBT itu,”  katanya
“Maksudnya?”
“Suka sesama jenis dan ganti tingkah laku dan ganti perabotan”
"Loh kan ada binatang seperti ikan bisa ganti perabotan."
"Iya, tapi itu ada tujuannya dan bersifat situasional, ikan itu melakukan ganti kelamin bila hanya ada sejemis saja sehingga bisa menghasilkan keturunan.  Tujuannya cuma satu mempertahankan rasnya dengan cara apapun."

Lah kalau manusia?
Justru menghancurkan generasi ras manusia itu sendiri.

Jadi kesimpulannya ... Kata Kang Wira sengaja menggantungkan kalimatnya.
Teman Kang Wira ini langsung ngloyor pergi sambil bersenandung ...

Manusia sama saja dengan binatang selalu perlu makan ...
Binatang tak mempunyai akal dan fikiran
Segala cara halalkan demi perut kenyang
Binatang tak mempunyai rasa belas kasihan
Tak peduli disekitarnya tertatih berjalan pincang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your advices feed us to grow up